Softskill Tulisan Bahasa Indonesia II
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Mahasiswa Makassar Kasar?
In demokrasi on 28 Oktober 2010 at 11:57 am
Debat kusir mengenai aksi turun jalan mahasiswa, khususnya di Makassar memang tidak terdengar aneh lagi. Demonstrasi telah menjadi panggung para pesohor kampus memainkan lakon mereka. Melihat carut marutnya dunia yang serba demokratis dan ramai dengan kicauan di jalan berlomba-lomba memperdengarkan suara merdunya.
Beragam teori dari pisau analisis para pakar telah dipaparkan di meja-meja diskusi untuk mencoba mengupas tuntas prilaku beringas yang telah menjurus pada vandalisme. Dari debat kusir inilah bahkan melahirkan spirit membela aksi-aksi mahasiswa tersebut. Tameng paling ampuh menghadapi cercaan dan makian apalagi kalau bukan atas nama demokrasi dan HAM.
Kita tentu tidak bisa mengeyampingkan begitu saja peran besar para mahasiswa dalam mendorong lahirnya reformasi. Namun, kita pun tak bisa menutup mata tanpa reaksi apa-apa melihat prilaku mahasiswa sekarang dalam menyampaikan aspirasinya.
Lantas kemana gerangan akal sehat dari para pemikir, professor, cendekia kita tiarap? Semua diam membisu tak berani bersuara. Trend semangat sosial media yang efeknya sangat dahsyat dalam menggiring opini publik sudah tak terbendung lagi. Sesuatu yang benar dengan gampangnya dibelokkan demikian pula sebaliknya hal yang keliru dibiarkan berlaku seperti yang terjadi dewasa ini.
Derasnya arus informasi telah merembes dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Dengan sendirinya mengubah budaya serta prilaku masyarakat. Kebebasan menyampaikan pendapat berarti dunia tanpa batas, menembus ruang dan waktu.
Penyampaian aspirasi disertai dengan kekerasan fisik maupun pengrusakan fasilitas umum tentu tidak dibenarkan secara akal sehat. Tetapi yang terjadi dilapangan justru berbalik seratus delapan puluh derajat. Mereka diidentikkan sebagai “hero” yang baru pulang dari medan pertempuran. Pujian dan sanjungan datang dari berbagai pihak.
Tanpa bermaksud memihak pihak-pihak tertentu, yang memiriskan justru melihat prilaku para calon pemimpin bangsa ini. Apa gerangan yang terjadi jika semua persoalan harus diselesaikan dengan aksi vandalisme dan kebrutalan? Ada apa sebenarnya dengan dunia kampus sekarang?
Berbagai pertanyaan ini tetap menggantung sambil melihat sajian kekerasan dari para “intelektual muda” di televisi. Nasib bangsa ini berada ditangan mereka.
Melihat fenomena ini justru menguatkan keyakinan bahwa apa yang selama ini telah dinisbahkan sebagai hero tak lain hanyalah sebuah zero.
Sumber : http://qflee.wordpress.com/2010/10/28/mahasiswa-makassar-kasar/#comments
====
Dalam pemakaian sehari-hari sering terjadi kesalahan menggunakan bahasa. Saya berupaya menyajikan pemakaian bahasa yang benar. Bila pembaca ingin memberikan sumbang saran tentang pemakaian bahasa Indonesia dapat dikirimkan ke Charlie.mutz@yahoo.com
Berdasarkan artikel singkat di atas saya meyajikan pembenaran kata pada tulisan tersebut. Namun dalam artikel di atas banyak menggunakan diksi kata yaitu denotasi dan konotsi, perubahan kata yaitu sinestesia, asosiasi dan penyoratif, sehingga para pembaca bisa lebih memahami dengan pengadain kata-kata. Dibawah ini kalimat yang perlu di di benarkan.
Demonstrasi telah menjadi panggung para pesohor kampus memainkan lakon mereka.
Kalimat di atas menunjukan perubahaan kata yaitu penyoratif dimana kata pesohor kampus memainkan lakon, mencerminkan bahwa mahasiswa seorang figur di panggung.
Kalimat tersebut kurang lazim karena orang awam yang tidak begitu mengerti.
prilaku beringas yang telah menjurus pada vandalisme.
Kalimat di atas menunjukan kata beringas yang memiliki diksi kata konotasi negatif.
Seharusnya prilaku tak lazim telah menjurus pada vandalisme
Tameng paling ampuh menghadapi cercaan…
Kalimat di atas menunjukan kata paling ampuh yang menimbulkan kalimat mubazir . sedangkan tameng menggunakan perubahaan kata asosiasi.
Seharusnya menjadi tameng yang dimanfaatkan bisa menghadapi cercaan..
Semua diam membisu tak berani bersuara…
Kalimat di atas menunjukan kata diam membisu tak berani bersuara… menggunakan kata mubazir karena kata membisu sudah mewakili dari kata diam.
Seharusnya semua membisu tak berani bersuara…
Sesuatu yang benar dengan gampangnya dibelokkan demikian pula sebaliknya hal yang keliru dibiarkan berlaku seperti yang terjadi dewasa ini.
Kalimat di atas menunjukan kata dibelokkan, mencerminkan rambu jalan sehingga tidak lazim.
Seharusnya menjeadi sesuatu yang benar dengan mudahnya mengalihkan sebaliknya hal yang menyulitkan di biarkan berlaku yang terjadi dewasa ini.
Tetapi yang terjadi dilapangan justru berbalik…
Kalimat di atas menunjukan kata justru. Mencerminkan kata yang tidak lazim dan tidak baku
Seharusnya menjadi tetapi yang terjadi sebenarnya berbalik..
Tanpa bermaksud memihak pihak-pihak tertentu
Kalimat di atas menunjukan kata memihak pihak-pihak, sehingga kalimat mubazir
Seharusnya menjadi tanpa bermaksud memihak pihak tertentu.
Apa gerangan yang terjadi jika semua persoalan harus diselesaikan dengan aksi vandalisme dan kebrutalan?
Kalimat di atas menunjukan kata kebrutalan mencerminkan kata terlalu negative.
Seharusnya apa yang terjadi jika persoalan diselesaikan dengan mengunakan cara vandalisme dan kekerasaan.
Melihat fenomena ini justru menguatkan keyakinan…
Kaliamat di atas menunjukan kata justru menguatkan keyakinan sehingga kalimat itu menjadi mubazir karena keyakinan itu adalah tekad yang mengeguatkan sesuatu.
Seharusnya menjadi melihat fenomena ini menyakinkan…
DAFTAR PUSTAKA
Arqam. 27 Februari 2011. “Mahasiswa Makassar Kasar” URL : http://qflee.wordpress.com/2010/10/28/mahasiswa-makassar-kasar/#comments
Rustam. 27 Februari 2011. “Kesalahan Berbahasa Indonesia”. URL : http://kesalahan1.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar