Profil DIS SAINS

Dis Sains adalah Lembaga bimbingan yang berbasis kreatif yang baru di Jogja.DIS SAINS yang kemudian disingkat DSS memfokuskan bidang bimbingannya untuk ikut serta membantu menyukseskan Ujian Sekolah dan Nasional serta masuk Perguruan Tinggi favorit di Indonesia.

Biaya Bimbingan

Biaya Bimbingan di DIS SAINS sangatlah murah dan mudah terjangkau oleh peserta didik. Namun syarat diadakan bimbingan yakni jika terdiri minimal 3 peserta dan maksimal 5 peserta agar dapat mencapai pendidikan yang optimal.

Lowongan Kerja

Untuk meningkatkan SDM (Qualitas dan Quantitas) pengajar di DIS SAINS membuka peluang sebesar-besarnya untuk para siswa dan mahasiswa untuk menjadi pengajar di Lembaga ini.

Peluang Investasi

Dalam pengembangan selanjutnya, pihak DIS SAINS membuka peluang sebesar-besarnya untuk para donatur yang mempunyai keinginan untuk ikut serta menyukseskan pendidikan yang murah namun berkualitas ini.

Peluang Kerjasama

Dalam upaya meningkatkan kualitas kerja dan administrasi Lembaga Bimbingan Belajar DIS SAINS, kami membuka peluang sebesar-besar bagi pihak yang ingin menjalin kerjasama dengan kami, baik berjangka maupun tidak.

Tampilkan postingan dengan label Softskill Tulisan Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Softskill Tulisan Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 April 2011

Tugas Softskill RESENSI fersi teori

RESENSI

Baca teori resensinya juga yuu…
Definisi Resensi
Resensi berasal dari bahasa latin yaitu reveidere atau recensere, yang mengandung arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Tindakan merensensi buku berarti memeberikan penilaian, ungkapan, kembali isi buku, membahas atau menkritik buku. Resensi dibuat oleh seorang resensator. Resensi dibuat untuk memberi penilaian atas suatu buku, film, atau karya seni yang lain untuk memberitahu orang lain apakah hal yang diresensi tersebut layak atau tidak untuk dibaca, ditonton, atau didengar, dan lain-lain.
Resensi bersifat informatif, tidak berisi suatu kritikan yang mendalam atau penilaian tentang bermutu atau tidaknya suatu karya cipta tertentu. Meskipun bersifat informatif resensi juga bukan iklan tentang buku baru. Maksud ditulisnya sebuah resensi adalah menginformasikan isi buku kepada masyarakat.
Pemuataan resensi setidaknya mempunyai lima alasan diantaranya :
(1)    Memberikan informasi dan pemahaman tentang apa yang nampak dalam sebuah buku.
(2)    Mengajak pembaca untuk memikir dan mendiskusikan problem yang muncul dalam sebuah buku.
(3)    Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapatkan sambutan dari masyarakat atau tidak.
(4)    Menjawab pertayaan siapa pengarang buku, mengapa ia menulis buku tersebut, apa peryataannya, bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama dan bagaimana hubungannya dengan buku sejenis yang dihasilkan oleh orang lain.
(5)    Untuk segolongan pembaca resensi, tujuan membaca resensi diantaranya :
a.       Agar mendapatkan bimbingan dalam memilih buku-buku
b.      Setelah membaca resensi, kemudian berminat untuk membaca atau mencocokan seperti apa yang ditulis dalam resensi.
c.       Tidak ada waktu untuk membaca buku kemudian mengandalakan resensi sebagai sumber informasi.

Bahasa resensi yang biasa digunakan umumnya bernas, tegas, dan tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan dengan karakter media cetak yang akan dimuat dan karakter pembaca yang menjadi sasarannya. Berikut unsu-unsur yang membangun sebuah resensi
1.       Membuat judul resensi
2.       Menyusun buku data yang terdiri atas :
a.       Judul Buku
b.      Nama Pengarang
c.       Nama Penerbit
d.      Tahun Penerbit beserta cetakannya
e.      Tebal Buku
f.        Harga Buku
3.       Membuat Pembuka, yang dimulai dengan hal-hal berikut :
a.       Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja dan prestasi apa saja yang diperoleh.
b.      Membadingkan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang itu sendiri maupun pengarang lain.
c.       Memaparkan kekhasan sosok pengarang.
d.      Memaparkan keunikan buku.
e.      Merumuskan tema buku.
f.        Mengungkapakan kritik terhadap kelemahan buku.
4.       Tubuh atau isi peryataan resensi, biasanya membuat sinopsis isi buku secara bernas dan krologis, ulasan singkat buku dengan kutipan seperlunya, kelemahan dan keunggulan buku, tinjauan bahasa dan adanya salah cetak atau tidak.
5.       Penutup resesi buku, biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. 

Adapun contoh dari Resensi yang saya buat halaman selajutnya dari blog ini
Judul Buku                          :               USAHA PERJALANAN DAN WISATA (travel and tour
Nama Pengarang             :               MT.Sirait,BBA dan  Drs.Rustan Sirait Benyamin H.A.,SS
Nama Penerbit                 :               PT.Gramedia Utama
Tahun Penerbit beserta cetakannya        :               2002 Cetakan Peratama
Tebal Buku                          :               98 Halaman


DAFTAR PUSTAKA
·         Darmayanti, Nani. 2008. “Get Succes UN + SPMB Bahasa Indonesi”. PT. Grafindo Media Pratama. Bandung.
·         Alfiansyah, Muhammad.  “ Cara Menulis Resensi NonSastra”. URL : http://www.sentra-edukasi.com .(21 April 2011).

 Semoga Bermanfaat ^_^ ”

Minggu, 27 Maret 2011

Tulisan Softskill 2. Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Etika Berkomunikasi dan Perkembangan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN
Bahasa lisan (gaul) banyak digunakan kalangan muda serta orang-orang yang berkecinpung di dunia seni, entertainment atau hiburan. Sebenarnya bahasa gaul banya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari yang di plesetkan. Namun, kata yang dipergunakan begitu beraneka ragam. Ada pun pengaruh bahas Belanda seperti ye dan eke ( aslinya jij dan ikke). Ada pula pengaruh bahasa prokem zaman dulu seperti bokap, nyokap yang menyelipkan huruf ‘OK’ pada banyak kata. Namun kebanyakan bahasa gaul menggunakan menyerupai nama seperti anjas yang berarti aja, hilman yang berati hilang, andika yang berarti adik, dolly parton yang berarti dollar dan seterusnya. Juga menyerupai kata asli seperti asrama menjadi asmara, bisa juga kata yang sedikit berubah misalnya vegi yang di maksud vagina, sut yang artinya sudah, bols yang artinya boleh dan seterusnya.
Yang pasti bahasa gaul selau berubah dan berkembang. Tak heran kalau arti kata juga bisa berubah. Misalnya, kata parno diartikan porno. Namun anak gaul kini biasa mengartikan sebagai paranoid yang maknanya takut secara berlebihan atau takut karena halusinasi. Apakah semua ini akan berkelanjut untuk ke masa depan?
Sungguh tidak masuk akal sehat, jika kita terus menggunakan bahasa gaul akibatnya Bahasa Indonesia akan tengelam, semakin banyak bahasa yang digunakan semakin teracam akan kehilangan budaya kita. Ciptakan generasi muda yang berkompeten dan bisa menjujung budaya Indonesia.
Namun, kita juga tidak bisa menyalahkan sepenuhnya factor lingkungan sekitar. Jika, kita lihat dari sisi pendidikan generasi muda bisa menyesuaikan dimana dia berbicara, dengan siapa dia berkomunikasi, dan kapan bahasa gaul atau baku perlu digunakan. Namun, tiadak salahnya kuta untuk mengantisipasi terhadap kehilangan bahasa Indonesia.
PERMASALAHAN
a. Adakah pengaruh penggunaan bahasa gaul di media cetak terhadap etika berkomunikasi ?
b. Apa solusi yang dapat meningkatkan pengguanaan bahasa Indonesia ?
BAB II PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran sebagai penyampaian informasi dan salah satu budaya dari negara Indonesia. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi yang terikat dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan Bahasa Indonesia yang benar tentu akan menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti itu akan sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode, dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Berbahasa yang baik dapat di tempatkan pada kondisi resmi atau pada pembicaraan santai dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia di dalamnya.
Bahasa mengambil tiga fungsi yaitu
1. Fungsi komulatif sebagai sarana untuk berkomunikasi,
2. Fungsi ekspresif yang memberikan kesaksian tentang kenyataan diri kita kepada orang lain dan yang terakhir,
3. fungsi deskriptif yakni menghasilkan pengetahuan tentang sesuatu.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar sebaiknya diajarkan sejak kecil. Karena biasanya seorang anak, akan mudah sekali untuk meniru apa saja yang didengarkannya. Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan bahasa yang baik dan benar kepada anak-anaknya sejak kecil. Di lingkungan remaja juga mempunyai andil yang sangat besar untuk mengajarkan bahasa Indonesia sehingga akan menciptakan etika komunikasi yang baik. Seseorang akan memiliki nilai kesopanan berbicara dan juga tingkah laku yang terpuji. Penggunaan bahasa yang baik dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi atau pendapat yang diinginkan. Orang lain akan mengerti akan apa yang menjadi maksud dan tujuan kita. Dalam kehidupan sehari-hari seharusnya menggunakan tata bahasa yang baik supaya kita terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Adanya bahasa gaul juga sangat mempengaruhi etika seseorang dalam berkomunikasi. Mahasiswa cenderung lebih menyukai bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Supaya mereka lebih terlihat modern, dan akhirnya mulai lunturnya kecintaan pada bahasa Indonesia adalah hal yang harus dihindari.
Dalam meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara membiasakan pada kehidupan sehari-hari di manapun kita berada. Awalnya memang mungkin sulit tetapi bila dilakukan terus menerus maka akan menciptakan sopan santun yang baik dalam etika berkomunikasi. Orang lain akan melihat dan menilai bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik. Bila hal itu terus dilakukan makan akan timbul nilai dan etika komunikasi yang baik. Sebaliknya bila seseorang berbicara sembarang dan tidak beraturan, maka orang lain yang mendengarnya akan beranggapan bahwa orang itu tidak berpendidikan atau tidak bermoral.
Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia, ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan. Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan pengguanaan bahasa Indonesia antara lain :
1. Menyadarkan dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang baku. Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada remaja.
3. Proses penyadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benat.
Siapapun yang akan membaca surat kabar atau majalah biasanya perhatian pertamanya tertuju pada judul berita. Pembaca pasti mencari judul yang menarik untuk dibaca karena judul berita di tampilkan oleh media dan akan mempengaruhi keinginan pembaca untuk mengetahui isi berita tersebut. Biasanya, redaktur memilih kata yang memiliki daya pikat yang tinggi agar pembaca untuk mengetahu isi beritanya. Dalam memilih judul berita, penulis berita harus kaidah bahasa yang benar. Hal ini penting karena contoh judul berita ‘roh’ dalam suatu berita. Judul yang menggunakan pilihan kata yang tepat akan memiliki kesan yang mendalam bagi pembaca. Selain itu, melalui judul berita akan terlihat apakah bahasanya santun atau tidak. Kesantuan bahasa terungkap dari pemilihan kata dengan bobot makna secara tepat dan penggunaan bahasa formal secara konsisten.
Sebaliknya, judul berita yang pilihan katanya ceroboh akan menimbulkan kesan bahwa media itu tidak santun , kasar dan ‘semaunya’. Kecorobahaan itu akan mengadung nilai negative bagi khalayak pembaca. Tidak jarang penilaian adanya surat kabar “murahan” atau “kacangan”. Penilaian itu tentu tidak di harapkan begitu juga yang telah dibahas penilaian itu juga bisa tercermin pada pembuat. Gejala demikian kadang-kadang kita temukan dalam surat kabar tertentu. Penggunaan kata yang memojokan seseorang menjadi judul berita. Begitu pula kata-kata yang lazim digunakan dalam bahasa gaul pun mewarnai judul berita. Misalnya, (1) Nggak Nyangka Klo Dia Itu Homo, (2) Menteri Hatta Nyalahin Masinis, (3) Karena Agung Punya Duit, (4) Susatnto Ogah Geser Orang Da’i.
Pada contoh (1)-(4) tampak penggunaan bahasa lisan yang pengaruh dialek Betawi yang sering disebut dengan bahasa gaul. Penggunaan kata-kata nggak, nyangka, homo, nyalahin, punya duit, ogah merupakaan kecorobohan media dalam memilih kata (media Indonesia:2005).
Contoh-contoh itu memperhlihatkan betapa prihatinya kita terhadap penggunaan bahasa media cetak. Di samping menyebut nama orang secara transparan, pemilihan katanya pun tidak cermat. Kita menyadari bahwa media cetak adalah media informasi tertulis untuk menyampampaikan pesan, berita, atau fakta kepada masyarakat. Informasi itu akan dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat. Apabila informasi di ungkapkan dengan bahasa yang “bombastis” dan tidak cermat, akan terbentuk opini yang keliru.
Sudah seharusnya media cetak turut membina bahasa agar upaya yang dilakukan guru dan pembina bahasa mendapatkan dukungan dari media cetak. Bukankah media cetak salah satu sarana pembina bahasa yang efektif dalam memeberikan cotoh kepda semua lapisan masyarkat Indonesia.
BAB III PENUTUP
Simpulan
• Pengaruh bahasa lisan (gaul) sudah terlalu luas untuk mengantisipasi agar budaya bahasa Indonesia di terapankan dengan menyadarkan dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa, membutuhkan suatu upaya pembiasaan, dan proses penyadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat.
• Pengaruh besar terhadapa bahasa lisan (gaul) dalam media cetak karena semua kalangan pasti membacanya meskipun hanya sekedar judul maka media cetak pun salah satu sarana pembina bahasa yang efektif dalam memeberikan cotoh kepda semua lapisan masyarkat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
o Andriani, Suliva. “Pengrauh Bahasa Indonesia Terhadap Etika Berkomunikasi pada Kalangan Remaja”. URL : http://blog.ub.ac.id/violetgirl/2011/03/11/pengaruh-bahasa-indonesia-terhadap-etika-berkomunikasi-pada-kalangan-remaja/ . 20 Maret 2011
o Gaffar, Ruskan, Abdul. 2007. “Kompas Bahasa Indonesia”. Grasindo. Jakarta.
o _____.”Pengaruh Bahasa Gaul remaja terhadap bahasa indonesia”. URL : http://mocoe.wordpress.com/2010/10/06/pengaruh-bahasa-gaul-remaja-terhadap-bahasa-indonesia/ .20 Maret 2011.
o Ghambi. “Pengaruh Bahasa Indonesia”. URL : http://ghembiel09.blogspot.com/2010/11/pengaruh-bahasa-indonesia-terhadap.html . 20 Maret 2011.

Minggu, 27 Februari 2011

Tulisan Softskill 1. Analisis Kesalahan Berbahasa II

Softskill Tulisan Bahasa Indonesia II

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Mahasiswa Makassar Kasar?
In demokrasi on 28 Oktober 2010 at 11:57 am
Debat kusir mengenai aksi turun jalan mahasiswa, khususnya di Makassar memang tidak terdengar aneh lagi. Demonstrasi telah menjadi panggung para pesohor kampus memainkan lakon mereka. Melihat carut marutnya dunia yang serba demokratis dan ramai dengan kicauan di jalan berlomba-lomba memperdengarkan suara merdunya.
Beragam teori dari pisau analisis para pakar telah dipaparkan di meja-meja diskusi untuk mencoba mengupas tuntas prilaku beringas yang telah menjurus pada vandalisme. Dari debat kusir inilah bahkan melahirkan spirit membela aksi-aksi mahasiswa tersebut. Tameng paling ampuh menghadapi cercaan dan makian apalagi kalau bukan atas nama demokrasi dan HAM.
Kita tentu tidak bisa mengeyampingkan begitu saja peran besar para mahasiswa dalam mendorong lahirnya reformasi. Namun, kita pun tak bisa menutup mata tanpa reaksi apa-apa melihat prilaku mahasiswa sekarang dalam menyampaikan aspirasinya.
Lantas kemana gerangan akal sehat dari para pemikir, professor, cendekia kita tiarap? Semua diam membisu tak berani bersuara. Trend semangat sosial media yang efeknya sangat dahsyat dalam menggiring opini publik sudah tak terbendung lagi. Sesuatu yang benar dengan gampangnya dibelokkan demikian pula sebaliknya hal yang keliru dibiarkan berlaku seperti yang terjadi dewasa ini.
Derasnya arus informasi telah merembes dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Dengan sendirinya mengubah budaya serta prilaku masyarakat. Kebebasan menyampaikan pendapat berarti dunia tanpa batas, menembus ruang dan waktu.
Penyampaian aspirasi disertai dengan kekerasan fisik maupun pengrusakan fasilitas umum tentu tidak dibenarkan secara akal sehat. Tetapi yang terjadi dilapangan justru berbalik seratus delapan puluh derajat. Mereka diidentikkan sebagai “hero” yang baru pulang dari medan pertempuran. Pujian dan sanjungan datang dari berbagai pihak.
Tanpa bermaksud memihak pihak-pihak tertentu, yang memiriskan justru melihat prilaku para calon pemimpin bangsa ini. Apa gerangan yang terjadi jika semua persoalan harus diselesaikan dengan aksi vandalisme dan kebrutalan? Ada apa sebenarnya dengan dunia kampus sekarang?
Berbagai pertanyaan ini tetap menggantung sambil melihat sajian kekerasan dari para “intelektual muda” di televisi. Nasib bangsa ini berada ditangan mereka.
Melihat fenomena ini justru menguatkan keyakinan bahwa apa yang selama ini telah dinisbahkan sebagai hero tak lain hanyalah sebuah zero.
Sumber : http://qflee.wordpress.com/2010/10/28/mahasiswa-makassar-kasar/#comments
====
Dalam pemakaian sehari-hari sering terjadi kesalahan menggunakan bahasa. Saya berupaya menyajikan pemakaian bahasa yang benar. Bila pembaca ingin memberikan sumbang saran tentang pemakaian bahasa Indonesia dapat dikirimkan ke Charlie.mutz@yahoo.com
Berdasarkan artikel singkat di atas saya meyajikan pembenaran kata pada tulisan tersebut. Namun dalam artikel di atas banyak menggunakan diksi kata yaitu denotasi dan konotsi, perubahan kata yaitu sinestesia, asosiasi dan penyoratif, sehingga para pembaca bisa lebih memahami dengan pengadain kata-kata. Dibawah ini kalimat yang perlu di di benarkan.

Demonstrasi telah menjadi panggung para pesohor kampus memainkan lakon mereka.
 Kalimat di atas menunjukan perubahaan kata yaitu penyoratif dimana kata pesohor kampus memainkan lakon, mencerminkan bahwa mahasiswa seorang figur di panggung.
 Kalimat tersebut kurang lazim karena orang awam yang tidak begitu mengerti.

prilaku beringas yang telah menjurus pada vandalisme.
 Kalimat di atas menunjukan kata beringas yang memiliki diksi kata konotasi negatif.
 Seharusnya prilaku tak lazim telah menjurus pada vandalisme

Tameng paling ampuh menghadapi cercaan…
 Kalimat di atas menunjukan kata paling ampuh yang menimbulkan kalimat mubazir . sedangkan tameng menggunakan perubahaan kata asosiasi.
 Seharusnya menjadi tameng yang dimanfaatkan bisa menghadapi cercaan..

Semua diam membisu tak berani bersuara…
 Kalimat di atas menunjukan kata diam membisu tak berani bersuara… menggunakan kata mubazir karena kata membisu sudah mewakili dari kata diam.
 Seharusnya semua membisu tak berani bersuara…
Sesuatu yang benar dengan gampangnya dibelokkan demikian pula sebaliknya hal yang keliru dibiarkan berlaku seperti yang terjadi dewasa ini.
 Kalimat di atas menunjukan kata dibelokkan, mencerminkan rambu jalan sehingga tidak lazim.
 Seharusnya menjeadi sesuatu yang benar dengan mudahnya mengalihkan sebaliknya hal yang menyulitkan di biarkan berlaku yang terjadi dewasa ini.
Tetapi yang terjadi dilapangan justru berbalik…
 Kalimat di atas menunjukan kata justru. Mencerminkan kata yang tidak lazim dan tidak baku
 Seharusnya menjadi tetapi yang terjadi sebenarnya berbalik..

Tanpa bermaksud memihak pihak-pihak tertentu
 Kalimat di atas menunjukan kata memihak pihak-pihak, sehingga kalimat mubazir
 Seharusnya menjadi tanpa bermaksud memihak pihak tertentu.

Apa gerangan yang terjadi jika semua persoalan harus diselesaikan dengan aksi vandalisme dan kebrutalan?
 Kalimat di atas menunjukan kata kebrutalan mencerminkan kata terlalu negative.
 Seharusnya apa yang terjadi jika persoalan diselesaikan dengan mengunakan cara vandalisme dan kekerasaan.

Melihat fenomena ini justru menguatkan keyakinan…
 Kaliamat di atas menunjukan kata justru menguatkan keyakinan sehingga kalimat itu menjadi mubazir karena keyakinan itu adalah tekad yang mengeguatkan sesuatu.
 Seharusnya menjadi melihat fenomena ini menyakinkan…


DAFTAR PUSTAKA
Arqam. 27 Februari 2011. “Mahasiswa Makassar Kasar” URL : http://qflee.wordpress.com/2010/10/28/mahasiswa-makassar-kasar/#comments
Rustam. 27 Februari 2011. “Kesalahan Berbahasa Indonesia”. URL : http://kesalahan1.blogspot.com/

Tulisan Softskill 1. Analisis Kesalahan Berbahasa

Softskill Tulisan Bahasa Indonesia II

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Jk, mentawai, merapi, Sby, tsunami
Bencana Datang Elit Meradang
In catatan pendek on 2 November 2010 at 8:54 am
Bencana datang silih berganti menimpa bangsa ini. Jeritan anak-anak bangsa yang mencoba bertahan dari terpaan cobaan. Pemerintah dan segenap relawan kemanusiaan diturunkan untuk membantu sesama yang tertimpa musibah.
Tsunami di Mentawai dan Letusan Gunung Merapi membuat kita terhenyak dari kursi santai. Betapa saudara-saudara kita disana berjuang hidup dan mati. Betapa banyak korban jiwa dan harta. Semua serba memilukan dan memiriskan.
Sorotan demi sorotan yang dialamatkan kepada pemerintah. Tudingan atas kelambatan menangani bencana menjadi biang kerok perdebatan dewasa ini. Ujung-ujungnya selalu bermuara pada sikap dan karakteristik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lebih serunya lagi, semua kejadian alam disertai dengan bencana ini selalu dikaitkan dengan “kesialan” sang pemimpin. Takhayul murahan ini justru lebih rame diperdebatkan dibandingkan dengan aksi langsung turun membantu korban bencana.
Selebihnya kita semua sudah bisa menebak. Membanding-bandingkan sosok JK dengan tagline “lebih cepat lebih baik” dengan karakteristik SBY yang sering diplesetkan Susislow Bimbang Youdontknow.
Sikap para politisi serta elit justru disibukkan dengan persoalan sepele. Masing-masing mengklaim telah melakukan hal yang benar dan tepat dalam menangani bencana. Korban bencana hanya bisa melongo heran melihat para elit sibuk berdebat dan meradang
Lantas kenapa kita masih harus berkutat dengan persoalan siapa benar dan salah. Sedangkan jelas-jelas dilapangan para korban sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan. Kenapa kita harus bersitegang dengan pernyataan bodoh seorang wakil rakyat. Apakah dengan semua itu persoalan bencana bisa diselesaikan?
Bagi para elit sekarang saatnya membuktikan semua janji-janji manis kepada rakyat. Janji sebagai partainya rakyat kecil buktikan dengan turun langsung membantu para korban. Janji sebagai partai pelindung dan pengayom masyarakat, ayo penuhi dengan bertatap muka langsung dengan para korban. Janganlah energi bangsa ini terbuang percuma dengan mengurus hal yang tidak ada manfaatnya.
Kalau semua energi bangsa kita satu padukan tentu sangat membantu para saudara-saudara kita yang terkena bencana. Kalaupun belum bisa penuhi janji-janji di atas, mencoba berdiam diri dari mengeyampingkan untuk sementara semua hal yang berbau politis adalah langkah yang sangat bijaksana.
Sumber : http://qflee.wordpress.com/2010/11/02/bencana-datang-elit-meradang/
=====
Dalam pemakaian sehari-hari sering terjadi kesalahan menggunakan bahasa. Pada halaman ini saya berupaya menyajikan pemakaian bahasa yang benar. Bila pembaca ingin memberikan sumbang saran tentang pemakaian bahasa Indonesia dapat dikirimkan ke Charlie.mutz@yahoo.com
Berdasarkan artikel singkat di atas saya meyajikan pembenarankata pada tulisan tersebut.
bencana menjadi biang kerok perdebatan dewasa ini.
 Kalimat di atas menunjukan kata biang kerok sehingga lazim untuk di baca
 Seharusnya bencana menjadi permasalahan utama di dewasa ini.
Ujung-ujungnya selalu bermuara pada sikap dan karakteristik…
 Kalimat di atas menunjukan kata ujung-ujungnya¬ yang tidak lazim seharusnya kata tersebut digunakan dalam penggunaan kata benda
 Seharusnya berakhir pada dikap dan karakteristik.
Lebih serunya lagi, semua kejadian alam disertai dengan bencana ini selalu dikaitkan dengan “kesialan” sang pemimpin.
 Kalimat di atas menunjukan lebih serunya lagi, mencerminkan kata permainan sedangkan disertai dengan mengacu pada kata mubazir
 Seharusnya namu, semua kejadiaan alam disertai bencana ini selalu dikaitkan dengan “kesialan” sang pemimpin.
Takhayul murahan ini justru lebih rame diperdebatkan dibandingkan dengan aksi langsung turun membantu korban bencana.
 Kalimat di atas menunjukan takhayul dimana kata ini mengandung unsur ghoib dan tidak lazim dan kata lebih rame mencerminkan kata yang berlebihan karena kata rame sudah mendukung kata lebih dan rame juga menunjukan kondisi ditempat.
 Seharusnya menjadi kebohongan ini bahkan banyak diperrdebatkan dibandingkan dengan aksi langsung turun membantu korban bencana.
Selebihnya kita semua sudah bisa menebak
 Kalimat di atas menggunakan kata yang mubazir, karena pada kata kita semua sudah mewakili lebih dari dua orang. Jadi seharunya selebihnya kita sudah bisa menebak.
 Sebagai perbedaan antara semua - seluruh - segala
Semua bangsa Indonesia harus mengamalkan Pancasila.
-> Kata semua menunjuk perngertian jamak yang terdiri atas barang-barang atau benda yang sama. Karena itu, penggunaan kata semua pada kalimat tersebut tidak tepat. Yang tepat untuk maksud seperti tertera pada kalimat itu ialah kata seluruh/segenap.
-> Jadi, kalimat tersebut harus kita katakan begini: Seluruh (segenap) bangsa Indonesia harus mengamalkan Pancasila.
Contoh penggunaan semua:
1) Semua rumah di desa itu dikapur
2) Semua buku itu pernah saya baca
Contoh penggunaan seluruh:
1) Peristiwa itu diperingati oleh seluruh bangsa Indonesia
2) Seluruh pengunjung pasar malam itu merasa puas.

Contoh penggunaan segala:
1) Maafkanlah segala kesalahan saya
2) Segala macam barang ada di toko itu.
disibukkan dengan persoalan sepele
 Kalimat di atas menunjukan kata sepele mencerminkan bahasa tidak baku.
 Seharusnya disibukan dengan persoalan yang mudah.
Korban bencana hanya bisa melongo heran melihat para elit…
 Kalimat di atas menunjukan kata melongo mencerminkan kata tidak baku dan menyakatakan perlakukan yang dilakukan hewan.
 Seharusnya korban bencana hanya bisa membingungkan melihat para elit…
saatnya membuktikan semua janji-janji manis
 Kalimat di atas menunjukan kata semua janji-janji, kata semua sudah menjelaskan lebih dari satu janji.
 Seharusnya saatnya membuktikan semua janji manis.
Kalaupun belum bisa penuhi janji-janji di atas…
 Kalimat di atas menunjukan kata kalaupun.
 Seperti halnya kalimat di atas kesalahan kalimat ini juga terletak pada penulisannya ; yaitu penulisan partikel pun. Menurut EyD, partikel pun seharusnya ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Jadi kalimat tersebut seharusnya ditulis demikian:
Kalau pun belum bisa penuhi janji-janji di atas…
ayo penuhi dengan bertatap muka langsung dengan para korban
 Kalimat di atas menunjukan kata ayo mencerminkan kata mengajak namun tidak lazim, sedangkan kata bertatap muka langsung adalah kata mubazir tidak memerlukan langsung karena bertatap muka sudah pasti bertemu langsung.
 Seharusnya marilah penuhi dengan bertatap muka dengan para korban.
sangat membantu para saudara-saudara kita yang terkena bencana…
 Kalimat di atas menunjukan kata para saudara-saudara yang mencerminkan kata para sudah mewakili lebih dari satu orang.
 Seharusnya sangat membantu para saudara yang kita yang terkena bencana…

DAFTAR PUSTAKA
Arqam. 27 Februari 2011. “Bencana Datang Elit Meradang”. URL : http://qflee.wordpress.com/2010/11/02/bencana-datang-elit-meradang/
Rustam. 27 Februari 2011. “Kesalahan Berbahasa Indonesia”. URL : http://kesalahan1.blogspot.com/

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites