Softskill Tulisan Bahasa Indonesia II
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Jk, mentawai, merapi, Sby, tsunami
Bencana Datang Elit Meradang
In catatan pendek on 2 November 2010 at 8:54 am
Bencana datang silih berganti menimpa bangsa ini. Jeritan anak-anak bangsa yang mencoba bertahan dari terpaan cobaan. Pemerintah dan segenap relawan kemanusiaan diturunkan untuk membantu sesama yang tertimpa musibah.
Tsunami di Mentawai dan Letusan Gunung Merapi membuat kita terhenyak dari kursi santai. Betapa saudara-saudara kita disana berjuang hidup dan mati. Betapa banyak korban jiwa dan harta. Semua serba memilukan dan memiriskan.
Sorotan demi sorotan yang dialamatkan kepada pemerintah. Tudingan atas kelambatan menangani bencana menjadi biang kerok perdebatan dewasa ini. Ujung-ujungnya selalu bermuara pada sikap dan karakteristik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lebih serunya lagi, semua kejadian alam disertai dengan bencana ini selalu dikaitkan dengan “kesialan” sang pemimpin. Takhayul murahan ini justru lebih rame diperdebatkan dibandingkan dengan aksi langsung turun membantu korban bencana.
Selebihnya kita semua sudah bisa menebak. Membanding-bandingkan sosok JK dengan tagline “lebih cepat lebih baik” dengan karakteristik SBY yang sering diplesetkan Susislow Bimbang Youdontknow.
Sikap para politisi serta elit justru disibukkan dengan persoalan sepele. Masing-masing mengklaim telah melakukan hal yang benar dan tepat dalam menangani bencana. Korban bencana hanya bisa melongo heran melihat para elit sibuk berdebat dan meradang
Lantas kenapa kita masih harus berkutat dengan persoalan siapa benar dan salah. Sedangkan jelas-jelas dilapangan para korban sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan. Kenapa kita harus bersitegang dengan pernyataan bodoh seorang wakil rakyat. Apakah dengan semua itu persoalan bencana bisa diselesaikan?
Bagi para elit sekarang saatnya membuktikan semua janji-janji manis kepada rakyat. Janji sebagai partainya rakyat kecil buktikan dengan turun langsung membantu para korban. Janji sebagai partai pelindung dan pengayom masyarakat, ayo penuhi dengan bertatap muka langsung dengan para korban. Janganlah energi bangsa ini terbuang percuma dengan mengurus hal yang tidak ada manfaatnya.
Kalau semua energi bangsa kita satu padukan tentu sangat membantu para saudara-saudara kita yang terkena bencana. Kalaupun belum bisa penuhi janji-janji di atas, mencoba berdiam diri dari mengeyampingkan untuk sementara semua hal yang berbau politis adalah langkah yang sangat bijaksana.
Sumber : http://qflee.wordpress.com/2010/11/02/bencana-datang-elit-meradang/
=====
Dalam pemakaian sehari-hari sering terjadi kesalahan menggunakan bahasa. Pada halaman ini saya berupaya menyajikan pemakaian bahasa yang benar. Bila pembaca ingin memberikan sumbang saran tentang pemakaian bahasa Indonesia dapat dikirimkan ke Charlie.mutz@yahoo.com
Berdasarkan artikel singkat di atas saya meyajikan pembenarankata pada tulisan tersebut.
bencana menjadi biang kerok perdebatan dewasa ini.
Kalimat di atas menunjukan kata biang kerok sehingga lazim untuk di baca
Seharusnya bencana menjadi permasalahan utama di dewasa ini.
Ujung-ujungnya selalu bermuara pada sikap dan karakteristik…
Kalimat di atas menunjukan kata ujung-ujungnya¬ yang tidak lazim seharusnya kata tersebut digunakan dalam penggunaan kata benda
Seharusnya berakhir pada dikap dan karakteristik.
Lebih serunya lagi, semua kejadian alam disertai dengan bencana ini selalu dikaitkan dengan “kesialan” sang pemimpin.
Kalimat di atas menunjukan lebih serunya lagi, mencerminkan kata permainan sedangkan disertai dengan mengacu pada kata mubazir
Seharusnya namu, semua kejadiaan alam disertai bencana ini selalu dikaitkan dengan “kesialan” sang pemimpin.
Takhayul murahan ini justru lebih rame diperdebatkan dibandingkan dengan aksi langsung turun membantu korban bencana.
Kalimat di atas menunjukan takhayul dimana kata ini mengandung unsur ghoib dan tidak lazim dan kata lebih rame mencerminkan kata yang berlebihan karena kata rame sudah mendukung kata lebih dan rame juga menunjukan kondisi ditempat.
Seharusnya menjadi kebohongan ini bahkan banyak diperrdebatkan dibandingkan dengan aksi langsung turun membantu korban bencana.
Selebihnya kita semua sudah bisa menebak
Kalimat di atas menggunakan kata yang mubazir, karena pada kata kita semua sudah mewakili lebih dari dua orang. Jadi seharunya selebihnya kita sudah bisa menebak.
Sebagai perbedaan antara semua - seluruh - segala
Semua bangsa Indonesia harus mengamalkan Pancasila.
-> Kata semua menunjuk perngertian jamak yang terdiri atas barang-barang atau benda yang sama. Karena itu, penggunaan kata semua pada kalimat tersebut tidak tepat. Yang tepat untuk maksud seperti tertera pada kalimat itu ialah kata seluruh/segenap.
-> Jadi, kalimat tersebut harus kita katakan begini: Seluruh (segenap) bangsa Indonesia harus mengamalkan Pancasila.
Contoh penggunaan semua:
1) Semua rumah di desa itu dikapur
2) Semua buku itu pernah saya baca
Contoh penggunaan seluruh:
1) Peristiwa itu diperingati oleh seluruh bangsa Indonesia
2) Seluruh pengunjung pasar malam itu merasa puas.
Contoh penggunaan segala:
1) Maafkanlah segala kesalahan saya
2) Segala macam barang ada di toko itu.
disibukkan dengan persoalan sepele
Kalimat di atas menunjukan kata sepele mencerminkan bahasa tidak baku.
Seharusnya disibukan dengan persoalan yang mudah.
Korban bencana hanya bisa melongo heran melihat para elit…
Kalimat di atas menunjukan kata melongo mencerminkan kata tidak baku dan menyakatakan perlakukan yang dilakukan hewan.
Seharusnya korban bencana hanya bisa membingungkan melihat para elit…
saatnya membuktikan semua janji-janji manis
Kalimat di atas menunjukan kata semua janji-janji, kata semua sudah menjelaskan lebih dari satu janji.
Seharusnya saatnya membuktikan semua janji manis.
Kalaupun belum bisa penuhi janji-janji di atas…
Kalimat di atas menunjukan kata kalaupun.
Seperti halnya kalimat di atas kesalahan kalimat ini juga terletak pada penulisannya ; yaitu penulisan partikel pun. Menurut EyD, partikel pun seharusnya ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Jadi kalimat tersebut seharusnya ditulis demikian:
Kalau pun belum bisa penuhi janji-janji di atas…
ayo penuhi dengan bertatap muka langsung dengan para korban
Kalimat di atas menunjukan kata ayo mencerminkan kata mengajak namun tidak lazim, sedangkan kata bertatap muka langsung adalah kata mubazir tidak memerlukan langsung karena bertatap muka sudah pasti bertemu langsung.
Seharusnya marilah penuhi dengan bertatap muka dengan para korban.
sangat membantu para saudara-saudara kita yang terkena bencana…
Kalimat di atas menunjukan kata para saudara-saudara yang mencerminkan kata para sudah mewakili lebih dari satu orang.
Seharusnya sangat membantu para saudara yang kita yang terkena bencana…
DAFTAR PUSTAKA
Arqam. 27 Februari 2011. “Bencana Datang Elit Meradang”. URL : http://qflee.wordpress.com/2010/11/02/bencana-datang-elit-meradang/
Rustam. 27 Februari 2011. “Kesalahan Berbahasa Indonesia”. URL : http://kesalahan1.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar