Jumat, 04 November 2011

ETIKA BISNIS tugas 1


Apa yang dimaksud etika  ??
Etika berasal dari bahasa Yunani, dalam bentuk tunggal adalah ethos dan bahan bentuk jamak adalah ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yang penting dalam konteks adalah kebiasan, ahlak atau watak.  Makna pertama etika (kebiasaan, watak) sesunguhnya mengacu pada masing-masing pribadi seseorang yang mempunyai kebiasaan, ahlak atau waktu tertentu. 

Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Dalam perjalanan hidup seseorang, proses berbentuknya berlangsung secara perlahan tetapi berkelanjutan, sehingga terbentuk kebiasaan dan kemudian menjadi watak yang kuat. Ibaratnya lapisan demi lapisan kulit pada sebatang pohon makin lama akan membesar, sehingga membentuk pohon yang kuat dan kokoh. Hal ini sejalan dengan paradigma Stephen R. Covey : “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan ; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan ; taburlah kebiasaan tualilah karakter”. Jadi mula pertama harus mucncul gagasan, kemudian gagasan itu diwujudkan menjadi perbuatan. Jika perbuatan itu secara sadar dilakukan terus menerus, maka terbetuklah kebiasan ; jika kebiasaan itu secara sadar dilakukan terus menerus, maka terbetuklah watak (karakter). Oleh karena itu biasalah perbikir dengan baik dan berbuat yang baik, sehingga terbentuk watak yang baik. Peryataan ini mengikuti pribahasa : “Allah bisa karena biasa”.

Penjelasan mengenai etika yang kita lakukan sehari-hari dan etika dalam berbisnis, serta contohnya !!

Etika yang kita lakukan sehari-hari, guna memperoleh suatu pandangan yang lebih jelas tentang hubungan antara etika dan nilai, kita dapat menempuh jalan lagi dengan menanyakan tujuan apa yang kita capai bila member kuliah etika.
Dalam kehidupan sehari-hari khusunya para mahasiswa saat ini, tidak memperlakukan etika mereka dengan lingkungan masyrakat sekitar yang selayaknya menjadi contoh untuk generasi sekarang ataupun mendatang.
Contohnya : saat ini mahasiswa mudah terpacing atas egonya untuk memperebut hak yang tidak pernah mereka ketahui hak untuk siapa yang mereka bela. Hanya dengan cara meluapkannya  yang salah seperti demo, tawuran antar kampus maupun fakultas. Para mahasiswa harus belajar mengidentifikasi suatu masalah sebagai masalah moral dan membedakannya dari masalah lain yang bersifat politis, ekonomis, atau keagamaan. Dalam kehidupan sehari-hari aspek moral itu terkait dengan segala macam aspek lain. Langkah penting dalam pendekatan etis adalah menangkap dengan jelas aspek moral itu.

Etika dalam berbisnis, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan dipraktekan sekarang, tidak bias disangkal juga, disini kita menghadapi fenomena baru. Belum ppernah ada sejarah, etika bisnis mendapatkan perhatian begitu besar dan intensif seperti sekarang ini. Etika bisnis mencapai status ilmiah dan akademis dan insentis sekarang ini.
Etika bisnis diperlukan untuk meningkatkan kualitas etika proses pembuatan dalam semua lini bisnis. Ricard D. George, mengusulkan untuk membedakan antara ethnic in business dan business ethnic, antara etika dalam bisnis dengan etika bisnis. Maksudnya etika selalu sudah dikaitkan dengan bisnis. Sejak ada bisnis sejak itu pula dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika dikaitkan dengan wilayah-wilayah lain dalam kehidupan manusia seperti politik, keluarga, seksualitas dll.
Jadi etika dalam bisnis atau etika yang behubungan dengan bisnis berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topic disamping sekian banyak topik. Etika dalam bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan identitas sendiri.
Contoh etika bisnis yakni Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Moral juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup Moral bisnis itu universal.

Penjelasan  etika teleologi dan etika deontology, serta contohnya !!
Definisi etika teleologi adalah mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan di nilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik dan berguna.
Contohnya : mencuri bagi etika teleology tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan baik buruknya tindakan itu sendiri, melaikan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Tindakan seorang anak mencuru karena membayar pengobatan ibunya yang sakit parah akan dinilai secara moral sebagai tindakan baik, terlepas dari kenyatan bahwa secara legal ia bias dihukum. Sebaliknya, jika tindakan itu bertujuan jahat maka tindakan itupun dinilai jahat.
Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa etika teleology bias dikatakan situsional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi tertentu. Karena itu, setiap norma dan kewajiban moral tidak berlaku begitu saja dalam setiap situasi sebagaimana dimaksudkan Kant.
Persoalan yang mucul sehubungan dengan etika teleology adalah bagaimana menilai tujuan atau akibat untuk siapa? untuk saya pribadi, untuk para pengambil keputusan dan pelaksanaan keputusan itu saja, atau untuk semua orang ? Apakah tujuan itu baik hanya karena baik untuk saya atau memang berguna untuk semua. Untuk semua itu akan muncul dari benak seseorang tingal kita yang menyikapi.

Etika deontology
Istilah deontology berasal dari Yunani deon, yang berarti kewajiban. Karena itu etika deontology menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut etika deontology, suatu tindakan baik bukan di nilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melaikan berdasarkan dari tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu berdasarkan kewajiban yang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.
Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontology bukan karena tindakan itu mndatangkan akibat baik bagi pelakunya. Misalkan, memberikan pelayanan yang baik kepada semua konsumen untuk mengembalikan utangnya sesuai kesepakatan, untuk menawarkan barang dan jasa dengan mutu yang sebanding dengan harganya dan sebaliknya. Jadi, nilai tindakan itu tidak ditentukan oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
Contoh lain, seseorang membuang batu ke jalan dari rumahnya dan tanpa sadar melukai orang yang sedang lewat, jelas melakukan tindakan moral yang salah, bukan karena motifnya melainkan karena kenyataan bahwa tindakan itu berakibat merugikan orang lain. Dipihak lain, akibat saja tidak dengan sendirinya membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan secara moral. Karena ada tindakan yang berakibat merugikan orang lain, tetapi mempunyai motif yang dapat dibenarkan secara moral. Karena itu harus ada keseimbangan antara motif dan akibat, oleh sebab itu keduanya harus dipertimbangkan secara proposional.
Atas dasar itu etika deontology sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku. Atau sebagaimana di katakana olek Immanuel Kant, kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga.
Maka, dalam menilai suatu tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadikan kondisi dari segalannya.

Daftar Pustaka
·      John .C Maxwell. 2003. “Etika Yang Diketahui Oleh Seorang Pemimpin”. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
·      Ridjin, Ketut. 2004. “Etika Bisnis dan Implementasinya”. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
·      _ _ _ _ . (01 Novemever 2011). URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
·      K, Bertens. 2003. “Keprihatian Moral”. Kanisius. Yogyakarta.
·      Frans Mardi Hartanto. 2009. “Paradigma Baru Manajemen Indonesi”. PT. Mizan Pustaka. Bandung

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites